PERANAN SERANGGA BAGI MANUSIA
DAN LINGKUNGAN
OLEH
:
ANDI ANDREAN SIHOMBING
ENTOMOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGERTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan
kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana yang berjudul “PERANAN SERANGGA BAGI MANUSIA DAN LINGKUNGAN”
Harapan saya semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik. saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, saya sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Medan, 25 february 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Serangga
(disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari
hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah
mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki
enam").
Serangga
merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi.Ukuran
serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi. Serangga merupakan hewan yang beraneka
ragam. Serangga kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies
hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan
serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga banyak
dikenal sebagai hama (Kalshoven 1981). Serangga lebih banyak menyerang tumbuhan
meskipun ada juga serangga yang tidak menyerang tanaman maka dari itu serangga
termasuk katagori hama bagi manusia. Beberapa serangga juga memiliki manfaat
meskipun banyak serangga yang merugikan manusia seperti walang sangit, wereng,
ulat, dan lainnya. Tetapi kebanyakan serangga juga sangat berguna bagi
kehidupan manusia.
Serangga
dibagi pada beberapa ordo seperti orthoptera, isoptera, thysanoptera,
hemiptera, homoptera, lepidoptera, celeoptera, diptera, dan hymenoptera.
Serangga juga memiliki beberapa ciri yang khas yaitu diantaranya tubuhnya dibagi menjadi 3 bagian, serangga juga
termasuk kelas insekta, tubuhnya beruas-ruas. Serangga memiliki 2 tipe
metamorphosis yaitu paurometabola dan holometabola. Serangga memiliki antenna
yang fungsinya cukup beragam, yaitu sebagai peraba, pembau dan perasa. Bentuk
antena serangga bermacam-macam, dan dapat digunakan sebagai “pedoman” untuk
mengidentifikasi famili serangga.
Banyak
serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme
pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata,
bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman,
pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, dan penghasil madu.
1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah
ini adalah supaya pembaca mengetahui peran serangga bagi manusia dan
lingkungannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
Serangga
merupakan kelompok hewan yang paling dominan di muka bumi, yaitu dengan jumlah
spesies hampir 80% dari jumlah total hewan di bumi. Total dari 751.000 spesies golongan
serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia (Kalshoven 1981) dan sebanyak
1.413.000 spesies telah dikenal serta hampir setiap tahunnya terjadi penambahan
spesies baru yang ditemukan (Borror,1998).
Alasan
ini yang menyebabkan serangga berhasil dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas dalam bereproduksi yang
tinggi, serta kemampuan memakan jenis makanan yang berbeda dan dalam mengindari
predator (Borror,1998). Berdasarkan kondisi tersebut, keberadaan serangga
sebagai bagian ekosistem, dan perannya dalam kehidupan manusia sangat besar.
Pemanfaatan yang bijak dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia, baik
yang dibuat ataupun yang alami, seperti pemanfaatan serangga di bidang
kedokteran, pertanian, pangan dan lain sebagainya. Begitupun
sebaliknya,populasi serangga yang tidak terkontrol dapat menyebabkan wabah
penyakit, bersifat sebagai hama, dan bahkan merugikan pertanian.
Praktek
pemanfaatan serangga dalam kehidupan manusia semakin komplek dari masa ke masa,
mulai dari pemanfaatan sebagai pollinator pertanian sampai penelitian tingkat
molekuler di bidang ke dokteran.
2.1MANFAAT
SERANGGA BAGI MANUSIA DAN LINGKUNGAN
berikut
beberapa contoh pemanfaatannya :
·
Sebagai bahan konsumsi
Indonesia
maupun di negara lain, telah menggunakan serangga sebagai bahan konsumsi karena
serangga memiliki protein yang tinggi, energi, dan sejumlah vitamin dan
mineral. Di Thailand, masyarakat disana biasanya memakan serangga dalam bentuk
telur, larva, atau dewasa baik dimakan mentah maupun olahan yang dapat
meningkatkan aroma dan cita rasa dari serangga. Di Indonesia, hanya beberapa
masyarakat yang mengkonsumsinya. Serangga yang biasanya dikonsumsi seperti
laron, capung, belalang,jangkrik, rayap dan ulat sagu.
·
Sebagai bagian penting dalam ekosistem
Serangga
pada umumnya mempunyai peranan yang sangat penting bagi ekosistem, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran suatu serangga, maka kehidupan
suatu ekosistem akan terganggu dan tidak akan mencapai suatu keseimbangan.
Peran serangga dalam ekosistem diantaranya adalah sebagai :
ü Pollinator
serangga
secara tidak langsung berperan dalam proses polinasi, karena serangga hanya
bertujuan untuk mendapatkan nektar yang merupakan sumber makanannya. Terjadinya
polinasi, karena secara tidak sengaja serbuk sari menempel dan terbawa pada
tubuh serangga (Satta et al, 1998). Lebah bukan satu-satunya serangga yang
bertugas memperlancar penyerbukan bunga. Namun ia merupakan serangga
satu-satunya, yang dalam menjalankan tugasnya, tidak menimbulkan akibat samping
yang merugikan tanaman. Berbeda dengan kupu-kupu misalnya, tak ada yang
menyangkal bahwa kupu-kupu yang mengisap madu itu mampu membantu menempelkan
serbuk sari pada kepala putik sebuah bunga, dan itu akan mempermudah proses
pembentukan buah. Tapi kupu-kupu menuntut balas jasa yang kadang kelewat mahal.
Ratusan butir telurnya yang menempel pada daun, akan menetas menjadi ulat yang
rakus mengunyah daun tanaman. Tanaman bukannya untung tapi malah buntung dalam
arti sebenarnya.
Lebah
merupakan serangga penyerbuk (polinator) tanaman yang paling penting di alam
dibandingkan angin, air, dan serangga lainnya. Banyak peneliti mengungkapkan
bahwa terdapat kenaikan produksi jika sejumlah koloni lebah diletakkan di
sekitar lokasi tanaman. Lebah memiliki organ khusus untuk mengambil nektar,
yang disebut probosis. Lebah memiliki probosis, bentuknya seperti belalai pada
gajah. Probosis memiliki kemampuan mengisap cairan nektar pada bunga. Aktivitas
terbang lebah mengumpulkan nektar dan polen berlangsung sejak pagi sampai sore
hari. Pollen atau tepung sari bunga diperoleh dari bunga yang dihasilkan oleh
bunga sebagai sel-sel kelamin jantan pada tumbuhan. Pollen diperlukan oleh
lebah madu terutama sebagai sumber protein dan lemak, dan sedikit karbohidrat
dan mineral. Aktivitas lebah tersebut dilakukan secara tidak sengaja pada saat
pencarian nektar dan tepung sari sebagai pakan untuk koloninya. Di Eropa dan
Australia berkembang jasa penyewaan koloni serangga untuk penyerbukan yang
melepas kawanan lebah menjelang tanaman berbuah.
ü Dekomposer
Serangga
memeliki peranan yang sangat penting dalam proses dekomposisi terutama di
tanah. Kotoran atau feses dari hewan dapat mengakibatkan pencemaran terhadap
padang rumput. Tinja sapi yang dibiarkan dipermukaan tanah dapat mematikan atau
memperlambat pertumbuhan tanaman rumput, serta menyebabkan tanaman di
sekitarnya kurang disukai ternak sapi. Selain itu kotoran atau tinja tersebut
dapat pula sebagai tempat meletakan telur bagi vektor pembawa penyakit, dan
merupakan tempat hidup bagi larva parasit pada saluran pencernaan ruminansia.
Namun dengan keberadaan beberapa spesies kumbang pendekomposisi tinja, maka hal
tersebut dapat diminimalisir (Shahabuddin, et al., 2005). Kumbang yang bersifat
dekomposer biasanya merupakan anggota dari ordo Coleoptera, dan famili
Scarabaeidae, yang lebih dikenal sebagai kumbang tinja. Kumbang ini memiliki
perilaku makan dan reproduksi yang dilakukan di sekitar tinja, dengan demikian
kumbang tinja sangat membantu dalam menyebarkan dan menguraikan tinja sehingga
tidak menumpuk di suatu tempat. Aktifitas ini secara umum berpengaruh terhadap
struktur tanah dan siklus hara sehingga juga berpengaruh terhadap tumbuhan
disekitarnya. Dengan membenamkan tinja, kumbang dapat memperbaiki kesuburan dan
aerasi tanah, serta meningkatkan laju siklus nutrisi. Dekomposisi tinja pada
permukaan tanah, oleh kumbang tinja menyebabkan penurunan pH tanah setelah 9
minggu dan meningkatkan kadar nitrogen, yodium, fosfor, magnesium, dan kalsium
sampai 42-56 hari setelah peletakan tinja (Gallante, E. dan Garcia, A.M,.2001).
Satu
contoh lagi Serangga yang manfaatnya sebagai dekomposer adalah rayap.
Dijelaskan, dalam biosfera pada dasarnya rayap merupakan bagian dari komponen
lingkungan biotik yang memerankan peranan penting, seperti dapat membantu
manusia menjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu untuk
mengembalikannya sebagian unsur hara
dalam tanah.
Rayap
merupakan serangga yang dianggap penting sebagai dekomposer, dapat
diinformasikan bahwa kehadiran rayap sejak awal mula adalah sebagai organisme
pemakan kayu (bahan organik). Namun karena perubahan kondisi habitat akibat
aktifitas manusia sehingga mengubah status rayap menjadi serangga hama yang
merugikan. Rayap adalah hama penting pada tanaman karet, Rayap menyerang pada
akar dan batang tanaman karet yang mengakibatkan pelukaan jaringan sehingga
mengalami kerusakan. Pada tingkat serangan yang berat mengakibatkan tanaman
karet mengalami kematian dan rebah. Rayap banyak mengganggu tanaman tetapi
rayap berguna juga untuk keseimbangan tanah.
ü Predator
Dalam
kehidupan di suatu ekosistem, serangga juga berperan sebagai agen pengendali
hayati, kaitannya dalam predasi. Serangga berperan sebagai predator bagi
mangsanya baik nematoda, protozoa, bahkan sesama serangga lain. Seperti yang
dilaporkan oleh Marheni (2003) bahwa, wereng batang coklat mempunyai banyak
musuh alami di alam terutama predator, mencapai 19–22 famili dan parasitoid
8–10 famili. Predator–predator tersebut cocok untuk pengendalian wereng batang
coklat karena kemampuannya memangsa spesies lain (polyfag) sehingga
ketersediaannya di alam tetap terjaga walaupun pada saat populasi wereng
tersebut rendah atau di luar musim tanam. Dari hasil penelitiannya, dapat
diketahui bahwa predator Paradosa pseudoanulata merupakan predator yang paling
efektif dalam menekan populasi wereng batang coklat dan intensitas serangan
terhadap padi. Dalam Santoso (2007) melaporkan pula bahwa terdapat sejenis
lalat Diatracophaga striatalis (Lalat Jatiroto), dimana larvanya dapat
menyerang dan memangsa hama penggerek Chilo yang berada dalam lubang tebu dan
menghisap cairan haemolimpnya sampai mati kering.
Laba-laba
adalah contoh pemangsa lain yang dikenal secara umum. Beberapa jenis laba-laba
membuat jaring. Laba-laba tersebut menunggu di jaringnya sampai
serangga yang terbang
terperangkap. Laba-laba mendekati serangga itu dengan cepat, menggigit dan
langsung memakannya. Kadang-kadang menyimpannya untuk dimakan kemudian.
Beberapa jenis laba-laba lainnya tidak membuat jaring, tetapi berpindah-pindah
dalam kebun untuk memburu mangsa. Hal yang sama juga dilakukan oleh banyak
jenis serangga pemangsa. Serangga tersebut berburu, membunuh dan memakan
serangga lain. Contohnya adalah tawon kertas. Selain itu, ada juga yang disebut
serangga pemangsa telur yang mencari dan memakan telur hama seperti telur
penggulung pucuk. Contohnya adalah cecopet. Serangga lain yang merupakan
pemangsa termasuk belalang sembah, kumbang kubah kumbang harimau, kumbang
tanah, lalat buas, capung, dan beberapa macam kepik
ü Parasitoid
Serangga
parasitod merupakan serangga yang berperan sebagai parasit serangga lain.
Spalangia endius dan S. nigroaenea serta Pacchyrepoideus vindemiae merupakan
parasitoid yang menyerang pupa lalat rumah dan lalat kandang untuk kehidupan
larva dan pupanya, sedangkan dewasanya hidup bebas (Koesharto, 1995). Pada
kehidupan parasitoid secara umum makanannya berupa nektar dan haemolim inang.
Haemolim inang digunakan dalam pembentukan dan pematangan telur sedangkan
nektar dipelukan sejak awal sebagai sumber energi. Berbeda dengan diptera yang
memiliki alat penusuk pada proboscisnya, parasitoid termasuk dalam ordo
Hymenopteratidak dapat menembus kulit puparium.cairan hemolom diperoleh dari
rembesan yang keluar waktu menusukan ovipositor ke dalam pupa lalat (Stireman,
et al., 2006).
Sebagian
besar parasitoid adalah anggota dari ordo hymenoptera meskipun parasitoid juga
banyak dari ordo diptera, dan sebagian kecil juga ditemukan pada ordo
Stresiptera. Ordo hymenoptera memilki keanekaragaman yang sangat tinggi, dengan
20.000 – 25.000 spesies, sekitar 80%
spesies parasitoid termasuk dalam ordo hymenoptera yang umumnya
berlimpah pada ekosistem daratan. Ada tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai
pada parasitoid, yaitu thelyotoky (semua keturunannya betina diploid tanpa
induk jantan), deuterotoky (keturunannya sebagian besar betina diploid yang
tidak mempunyai induk jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan
arrhenotoky (keturunan jantan haploid tidak mempunyai induk jantan, dan
keturunan betinanya berasal dari induk betina dan jantan (diploid). Parasitoid
dianggap lebih baik daripada pemangsa sebagai agen pengendali hayati. Analisis
terhadap introduksi musuh alami ke Amerika serikat menunjukkan bahwa
keberhasilan penggunaan parasitoid dalam pengendalian hayati mencapai dua kali
lebih besar daripada pemangsa.
ü Bioindikator
suatu ekosistem
Serangga tergolong hewan yang
sangat sensitif/responsif terhadap perubahan atau tekanan pada suatu ekosisitem
dimana ia hidup. Penggunaan serangga sebagai bioindikator kondisi lingkungan
atau ekosistem yang ditempatinya telah lama dilakukan. Jenis serangga ini mulai
banyak diteliti karena bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan suatu
ekosistem. Serangga akuatik selama ini paling banyak digunakan untuk mengetahui
kondisi pencemaran air pada suatu daerah, diantaranya adalah beberapa spesies
serangga dari ordo Ephemeroptera, Diptera, Trichoptera dan Plecoptera yang
kelimpahan atau kehadirannya mengindikasikan bahwa lingkungan tersebut telah
tercemar atau tidak, karena serangga ini tidak dapat hidup pada habitat yang
sudah tercemar.
Larva
Odonta juga berpotensi sebagai bioindikator pencemaran air, karena larva ini
sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air. Bila kualitas air sungai
sebagai habitatnya tercemar, maka larva odonata akan mati. Tidak adanya
serangga Ephemeroptera menandakan lingkungan tersebut telah tercemar, karena
serangga ini tidak dapat hidup pada habitat yang sudah tercemar. Serangga
lainnya yang juga berpotensi sebagai bioindikator di antaranya Lepidoptera
yaitu sebagai indikator terhadap perubahan habitat, kumbang Carabidae sebagai
bioindikator manajemen lahan pertanian dan spesies semut untuk indikator
kondisi agroekosistem pada suatu daerah.
Penggunaan bioindikator akhir-akhir ini
dirasakan semakin penting dengan tujuan utama untuk menggambarkan adanya
keterkaitan dengan kondisi faktor biotik dan abiotik lingkungan. Pentingnya
penentuan dan pemanfaatan serangga sebagai indikator serta pengujian hipotesis
dalam menominasikan suatu spesies atau kelompok serangga tertentu sebagai suatu
bioindikator. bioindikator atau indikator ekologis adalah taksa atau kelompok
organsime yang sensitif terhadap dan memperlihatkan gejala terpengaruh terhadap
tekanan lingkungan akibat aktifitas manusia atau akibat kerusakan sistem
biotik.
·
Penentu waktu kematian mayat
Pada
perkembangannya, kelompok-kelompok serangga nekrofagus yang banyak digunakan
untuk mengidentifikasi umur mayat berasal dari ordo Diptera, Coleoptera, Hymenoptera
(terutama semut), dan beberapa Lepidoptera (Jiron & Cartin, 1981).
Serangga-serangga tersebut diklaim dapat menentukan waktu kematian mayat dengan
sangat pas, bahkan melebihi teknik lain.
2.2
DAMPAK NEGATIF SERANGGA BAGI MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Dalam
kehidupan manusia, serangga juga berdampak negatif antara lain :
·
Sebagai hama pertanian
Serangga
juga dapat sebagai perusak tanaman seperti wereng cokelat yang dapat merusak tanaman
padi. Serangga tersebut juga memiliki kekebalan terhadap pestisida karena
memiliki kemampuan berubah pada genetiknya. Serangga hama ada yang menimbulkan
kerusakan secara langsung atau memakan langsung tanaman, ada juga yang sifatnya
sebagai vektor virus.
·
Sebagai penyebar penyakit
Para
peneliti di Amerika Serikat telah mengidentifikasi kecoa sebagai salah satu
faktor penyebab meningkatnya kasus asma di kalangan anak-anak. Di sejumlah
kawasan permukiman di New York City, di mana kasus asma banyak ditemukan,
anak-anak sering terpapar alergen dari kecoa sehinga mereka menjadi sangat
rentan terhadap serangga tersebut. Para ahli dari Columbia University
menemukan, anak-anak yang tinggal di kawasan permukiman dengan prevalensi asma
yang tinggi memiliki kemungkinan dua kali lebih tinggi memiliki antibodi
terhadap protein kecoa di dalam darah mereka, Suatu pertanda bahwa mereka telah
terpapar serangga tersebut dan diduga alergi terhadap hewan itu.
Lalat
rumah dianggap mengganggu karena kesukaannya hinggap di tempat-tempat yang lembab
dan kotor. Selain hinggap, lalat juga menghisap bahan-bahan kotor dan
memuntahkan kembali dari mulutnya ketika hinggap di tempat berbeda. Pakan yang
dihinggapi lalat akan tercemar oleh mikroorganisme baik bakteri, protozoa,
telur/larva cacing atau bahkan virus yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat-lalat
tersebut. Oleh karena itu lalat dianggap sebagai penyebar berbagai penyakit
kepada manusia maupun hewan,
·
Sebagai perusak bangunan
Serangga
jenis rayap selama ini dikenal sebagai perusak bangunan maupun bagian bangunan
atau peralatan yang berbahan dasar kayu. Hal itu erat terkait dengan kemampuan makannya
yang sangat cepat. Rayap menyerang bangunan disebabkan adanya sumber
makanan,baik yang terdekomposit pada kayu-kayu struktur dan non struktural
maupun bahan berselulosa lainnya. Disamping itu, kondisi dan konstruksi
bangunan juga merupakan faktor pendorong tingginya ancaman serangan rayap.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Serangga
merupakan kelompok hewan yang paling dominan di muka bumi, yaitu dengan jumlah
spesies hampir 80% dari jumlah total hewan di bumi.
Dengan
jumlah yang sangat melimpah, barangpasti serangga memiliki manfaat bagi manusia
dan lingkungan adapun manfaatnya adalah :
·
Sebagai bahan konsumsi
·
Sebagai bahan penting bagi ekosistem
ü Pollinator
ü Dekomposer
ü Predator
ü Parasitoid
ü Bioindikator
ekosistem
·
Penentu waktu kematian mayat
Adapun
dampak negatif serangga adalah :
·
Sebagai hama pertanian
·
Sebagai penyebar penyakit
·
Sebagai perusak bangunan
DAFTAR PUSTAKA
Galante,
E., and Gracia, A.M., 2001. Decomposer Insect. South African Journal of
Sciences 75:257-260.
Koesharto,
F.X., 1995. Mass Rearing of Arthropod Parasitoid (Hymenoptera:Pteromaldae) of
Poultry and Cattle Farm’s Filth Flies.
Marheni,
2003. Kemampuan Beberapa Predator pada Pengendalian Wereng Batang Coklat
(Nilaparvata lugens Stal.).
Jurnal
Natur Indonesia 6(2): 84-86 (2004) ISSN 1410-9379. Santoso, M. B., 2007.
Predator Musuh Alami yang Berguna.
Satta,A.,
Acciaro,M., Floris,I., Lentini,A., and Sulas, L., 1998. Insect Pollination of
Sulla(H edysarum coronarium L.) and Its Effect on Seed Production in a
Mediterranean Environment. CIHEAM – Options Mediterraneennes pgs 373-377.
Shahabuddin,
2003. Pemanfaatan Serangga Sebagai Bioindikator Kesehatan Hutan. Pengantar
Falsafah Sains (PPS702) Program Pascasarjana/S3 Institut Pertanian Bogor
Oktober 2003.
Shahabuddin,
Hidayat,P., Noerdjito,W.A., and Manuwoto, S., 2005. Research on Insect
Biodiversity in Indonesia: Dung Beetles (Coleoptera:Scarabaeidae) And Its Role
in Ecosystem. ISSN: 1412-033X Volume 6, Nomor 2 April 2005 HLM: 141-146
Wardhani,
T.S., 2007. Perbandingan Populasi Larva Odonata di Beberapa Sungai di Pulau
Pinang dan Hubungannya dengan Pengaruh Habitat dan Kualiti
·http://pkbsi.izaa.org/index.php?option=com_content&task=category§ionid=6&id=23&Itemid=63
http://ahlul-leogirl.blogspot.com/2010/05/serangga-tanah-sebagai-bioindikator.html
Kalshoven,
L.G.E. 1981. The pest of crop Indonesia. Revised and translated by P.A van der
Laan. PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta. 701 pp
Play casino site【VIP】casino site for real money
BalasHapusOnline casino site offering the latest games and latest bonuses. Find out what is online casino for real money right 카지노사이트luckclub now in our comprehensive guide to safe gambling